Pesatnya perkembangan teknologi saat ini berdampak juga terhadap pesatnya perkembangan dunia traveling. Saat ini, sudah cukup banyak platform di media sosial yang memfasilitasi promosi dalam bidang pariwisata. Siapa sih yang tidak kenal dengan Instagram? Platform ini merupakan sebuah batu loncatan besar bagi perkembangan dunia pariwisata.
Jauh sebelum kemunculan Instagram, kita terlebih dahulu mengenal platform seperti WordPress dan Blogger. Kedua platform ini merupakan platform digital yang memfasilitasi mereka-mereka yang memiliki kegemaran menulis. Pada masanya, WordPress dan Blogger menjadi batu loncatan yang cukup besar dalam perkembangan dunia traveling.
WordPress dan Blogger merupakan platform penulisan digital yang pertama kali diluncurkan pada 2003 silam. Pada 2005, barulah menyusul Youtube. Berbeda dengan Blogger dan WordPress, Youtube merupakan platform digital yang menampilkan video.
WordPress dan Blogger inilah yang sering dijadikan sebagai wadah untuk berbagi cerita para traveler. Hasil tulisan para traveler di dua platform penulisan digital tersebut menjadi acuan bagi traveler lainnya.
Kendala yang muncul adalah, tidak semua traveler suka dan mau menulis. Padahal, tulisan tentang perjalanannya bisa saja memuat informasi penting yang belum banyak diketahui. Pada saat itu juga (pada era sebelum 2010), masih belum banyak platform digital untuk menyimpan hasil-hasil fotografi.
Kendala lainnya adalah, faktor kemajuan teknologi di Indonesia yang masih belum merata. Fasilitas internet masih belum dapat dinikmati di seluruh penjuru Indonesia. Otomatis, penyebaran informasi dalam bentuk digital pun masih terbatas.
Trend travelling pada masa sebelum 2010 pun masih sebatas sebuah kebutuhan tersier. Bahkan, komunitas-komunitas traveling pun masih belum se-booming saat ini. Hal ini tentu berimbas pada ketersediaan informasi mengenai objek wisata maupun transportasi dan akomodasinya. Sehingga, tren traveling pada masa tersebut masih dapat dikatakan monoton.
Tujuan travelling masih bisa diterka, karena pada masa tersebut, belum banyak traveler yang mengekspose daerah baru. Berwisata pun umumnya masih dilakukan sebatas berwisata bersama keluarga, wisata bersama rekan kerja, maupun program karyawisata bagi siswa/I sekolah. Solo Traveller, backpacker, solo touring, solo bikepacker masih merupakan istilah asing di Indonesia.
Pada 2005 silam, sebenarnya sudah ada platform digital yang menyediakan ruang khusus bagi informasi berupa video. Youtube merupakan salah satu platform digital yang saat ini banyak digunakan oleh para traveler. Kemunculan Youtube pada 2005 silam, memang masih belum banyak memberikan pengaruh pada dunia traveling.
Penggunaan Blogger dan WordPress masih mendominasi di kalangan traveler. Selain Blogger dan Youtube, mulai muncul Facebook pada 2004. Tidak jarang, banyak komunitas/forum traveling yang awal terbentuknya melalui platform Facebook. Para anggota komunitas tersebut mulai menggunakan fasilitas ‘Notes’ pada Facebook untuk menceritakan perjalanannya.
Hingga 2010, masih banyak traveler yang menggunakan WordPress dan Blogger sebagai wadah utama untuk berbagi cerita dan informasi. Barulah setelah selesai ditulis dalam WordPress atau Blogger, link dibagikan di platform lainnya. Kebanyakan platform yang dipilih pada masa tersebut adalah Facebook.
Penggunaan Facabook di Indonesia mulai meningkat pesat pada 2008. Pada masa-masa inilah, informasi mengenai dunia traveling mulai terangkat. Mulai banyak bermunculan grup/forum/komunitas/kelompok yang kegiatan utamanya adalah traveling. Informasi mengenai keberadaan destinasi wisata yang sudah cukup dikenal mulai banyak bermunculan pada era 2010-an.
Pada masa tersebut, mulai banyak grup/komunitas traveling yang melakukan perjalanan ke berbagai penjuru Indonesia. Semakin banyak traveler yang melakukan perjalanan, semakin banyak juga informasi destinasi wisata yang diperoleh. Platform yang dipilih oleh para traveler saat ini (era 2009 – 2012) masih terbatas di WordPress, Blogger, dan Facebook.
Trend traveling pada masa ini lebih bercorak pada perjalanan secara berkelompok (grup/ forum/ komunitas). Namun tidak sampai dalam jumlah yang banyak. Akses informasi seputar dunia traveling pada masa ini diperoleh dari catatan perjalanan dan unggahan foto dari anggota.
Mereka yang tidak pernah melakukan perjalanan dengan grup/komunitas traveling umumnya cukup kesulitan mendapatkan informasi terbaru seputar dunia traveling di Indonesia. Platform Instagram, sebenarnya sudah muncul di Indonesia sejak 2010, sayangnya, tidak langsung populer.
Peredaran informasi seputar dunia traveling masih terbatas pada mereka-mereka yang melakukan perjalanan bersama grup/komunitas saja. Di luar itu, masyarakat pada umumnya masih terpaku pada kegiatan wisata yang monoton, baik dari pilihan destinasi maupun cara berwisatanya.
Semenjak boomingnya platform Instagram pada 2012 akhir – 2013 awal, barulah informasi seputar dunia traveling menyebar lebih luas lagi. Selain kemunculan platform digital, ada juga peran dari program pemerintah untuk memajukan dunia pariwisata. Pembangunan prasarana dan sarana transportasi di Indonesia, secara langsung membuka akses bagi para traveler untuk melakukan penjelajahan lebih jauh lagi.
Meluasnya penyebaran informasi seputar dunia traveling, pada era 2013 – 2014 didukung juga oleh berkembangnya berbagai platform digital untuk mempublikasikan tulisan, foto, dan video secara luas. Pada masa inilah mulai muncul juga berbagai media yang menyerupai bulletin/majalah namun dalam bentuk digital. Lebih kita kenal dengan sebutan E-Magazine atau E-Bulletin.
Pada era 2013 – 2014, platform Instagram dan Youtube sudah mulai banyak digunakan oleh para traveler. Pada era ini jugalah mulai berkembang tren traveling yang baru.
Berkembanganya tren traveling pada era 2013 – 2014 didukung oleh perkembangan platform digital dan ketersediaan akses internet yang sudah lebih luas lagi. Para traveler yang sudah melek teknologi mulai memanfaatkan berbagai platform digital yang ada. Pada masa ini, platform digital Instagramlah yang paling booming.
Para traveler yang pada mulanya hanya menggunakan platform digital WordPress dan Blogger pun banyak yang beralih ke Instagram. Secara penggunaan, platform Instagram memang lebih ringkas dibanding WordPress dan Blogger. Ditambah lagi, di Platform Instagram, yang diutamakan adalah informasi digital berupa foto dan video singkat.
Traveler yang tidak suka atau tidak bisa menulis sebuah catatan perjalanan, kini hanya tinggal mengunggah sebuah foto yang menarik dengan sedikit tulisan informasi di kolom judul. Tidak seperti di WordPress dan Blogger, yang cenderung berupa tulisan yang cukup panjang dengan unggahan foto yang terbatas.
Pengunggahan foto dan hanya sedikit tulisan pun sebenarnya dimungkinkan untuk dilakukan di WordPress dan Blogger. Hanya saja, kembali lagi, tampilan dan cara penggunaan Instagram lebih ringkas dan praktis.
Semenjak boomingnya pengunaan Instagram oleh masyarakat luas, trend berwisata pun sedikit bergeser. Banyaknya unggahan informasi berupa foto yang Instagramable, telah menarik individu-individu untuk melakukan traveling. Individu-individu yang dimaksud di sini adalah mereka yang pada tren traveling 2009-2012 tidak pernah melakukan traveling dengan grup/kelompok traveler. Individu-individu ini pun mereka-mereka yang pada tren traveling 2009 -2012 tidak mendapatkan akses informasi seputar dunia traveling karena terbatasnya platform penyebaran informasi terkait dunia traveling.
Tren solo traveling, solo backpacker, solo touring, solo bikepacker, dan berbagai ekspedisi dari berbagai komunitas traveling pun mulai bermunculan. Tidak tanggung-tanggung, bahkan yang berkeliling Indonesia pun banyak.
Masyarakat luas pun seperti berlomba-lomba untuk mengunggah foto terbaiknya untuk mempromosikan destinasi wisata baru. Hal ini lah yang menjadi acuan informasi bagi individu untuk melakukan traveling. Dari sinilah muncul isitilah dan trend Solo Traveling, Solo Backpacker, Solo Bikepacker dll.
Semakin berkembangnya tren perjalanan, semakin banyak pula informasi mengenai seputar dunia traveling yang beredar. Berbagai informasi tersebut kini lebih mudah disebarkan dalam bentuk foto dan tulisan singkat di platform Instagram.
Tidak jarang, banyaknya informasi ini dijadikan dasar untuk munculnya akun-akun baru yang isinya adalah mengunggah ulang unggahan foto milik orang lain. Akun-akun Instagram seperti ini berkembang sangat pesat di era akhir 2014 hingga awal 2016. Dari akun-akun seperti inilah informasi seputar destinasi wisata berkembang lebih pesat lagi.
Informasi dari akun-akun seperti itulah yang dijadikan acuan dasar bagi traveler untuk melakukan suatu perjalanan. Perjalanan kali ini tidak terbatas pada grup/forum/komunitas tertentu saja, tetapi semua individu. Termasuk para pelaku perjalanan solo.
Pesatnya informasi yang berkembang di Instagram dan adanya perubahan tren traveling di era 2014 awal, menggeser juga fungsi Instagram. Pada awalnya, platform Instagram hanya digunakan untuk mengunggah suatu informasi destinasi wisata baru ataupun catatan perjalan singkat. Kini, platform Instagram tersebut pun menjadi sebuah media promosi.
Promosi tersebut baik promosi sebuah destinasi wisata baru maupun promosi personal branding. Dalam hal promosi personal branding, sebenarnya di era Blogger dan WordPress pun sudah ada, hanya saja di era perkembangan Instagram lebih terekspose lagi.
Personal branding di Instagram yang umum kita temui hingga saat ini adalah traveler/individu yang mempromosikan kegiatan pendakian, kegiatan penyelaman, konservasi, air terjun, panjat tebing, budaya, dll. Traveler yang menjadi icon untuk masing-masing kegiatan traveling tersebut sering disebut dengan istilah influencer/selebgram (selebriti Instagram)
Dari para influencer inilah informasi mengenai dunia traveling lebih luas dan lebih pesat lagi beredar. Dunia traveling pun tidak melulu soal destinasi wisata baru di suatu daerah, namun, para influencer ini pun kini gencar melakukan kampanye dan edukasi. Dari pesatnya kemunculan influencer di Platform Insatgram, tren traveling di era 2016 akhir – 2017 awal pun mengalami pergeseran kembali.
Tren traveling yang semula adalah kemunculan destinasi wisata baru di berbagai pelosok Indonesia, kini berkembang lagi menjadi sosial-traveling (kegiatan sosial dibarengi kegiatan traveling di berbagai pelosok tanah air), cultre-traveling (perjalanan untuk mengupas asal-usul kebudayaan/kepercayaan hingga kuliner tradisional suatu daerah), hingga traveling yang menekankan konservasi alam.
Tidak puas hanya dengan sebaran informasi berupa gambar (foto), pada tahun 2017, Youtube mulai dilirik sebagai platform untuk menyampaikan informasi seputar traveling. Penggunaan Youtube jelas lebih fleksibel lagi. Unggahan video pada Youtube tidak terbatas waktunya. Sehingga para traveler bisa sekaligus membagikan dokumentasi perjalanan dari awal hingga selesai.
Pada era 2018 akhir – 2019 awal, muncul kembali istilah Vlogger. Isitlah ini digunakan bagi traveler/influencer yang mengunggah informasi hasil perjalanannya dalam bentuk video. Platform yang digunakan sudah tentu Youtube. Tidak jarang juga unggahan pada Youtube pun dipromosikan dengan diunggah di Instagram dan Facebook.
Informasi berupa video pada Youtube pun berkembang pesat. Kecanggihan teknologi lagi-lagi mendukung perembangan penyebaran informasi. Pada era 2019 mulai bermuncilan Pilot Drone yang mempublikasikan karya dan menyajikan informasi seputar dunia traveling di platform Youtube. Karya-karya video pada Youtube memberikan kita informasi tambahan yang mungkin tidak kita dapatkan pada masa Blogger ataupun Instagram.
Dengan kecanggihan teknologi, tidak menutup kemungkinan adanya platform digital baru untuk mengakomodir penyampaian informasi seputar dunia traveling. Hal ini tidak menutup kemungkinan juga adanya perubahan atau penambahan trend baru di dunia traveling. Sebagai traveler, hendaknya kita dapat menggunakan kecanggihan dan kemudahan platform-platform digital tersebut dengan lebih bijaksana lagi. [End]